Demi
mengenalkan anggota muda pada kegiatan tanggap bencana, para pengurus KSRUNISBA menjadikan kegiatan tersebut sebagai pelatihan terakhir bagi anggota
muda. Setelah persiapan-persiapan yang telah dilakukan sebelumnya, akhirnya pelatihan
tanggap bencana dapat terlaksana pada 25 Februari 2016. Dalam pelatihan tanggap
bencana ini, KSR UNISBA bekerjasama dengan pihak PMI Kota Bandung. Peserta yang
merupakan anggota muda KSR UNISBA yang bisa mengikuti kegiatan ini terbilang banyak,
yaitu berjumlah 35 orang.
Pelatihan tanggap bencana yang diadakan di lapangan PMI Dago dibuka dengan apel pagi, cuaca di pagi hari itu cukup terik namun apel pagi tetap berjalan dengan lancar. Praktik pertama yang dilakukan oleh peserta adalah membangun posko, dimana posko tersebut dijadikan tempat untuk mereka menerima materi tentang tanggap bencana dari PMI. Materi-materi yang disampaikan pada anggota muda ialah mobilisasi, posko, dapur umum, dan evakuasi.
Terik matahari meredup seiring berjalannya acara, penyampaian materi-materi pun selesai bertepatan dengan waktu dzuhur. Acara selanjutnya merupakan simulasi, dimana para peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang ditugaskan untuk mengevakuasi korban bencana. Bagian dapur umum dipegang oleh pihak PMI dan pengurus KSR UNISBA. Sementara bagian dapur umum memasak makanan di dalam posko, 5 kelompok evakuasi terjun ke tempat simulasi. Setiap kelompok dibagi menjadi 7 orang dengan satu orang sebagai korban. Para peserta membawa korban yang berbaring diatas tandu melewati berbagai jenis medan, dari yang berupa tanah yang menanjak, turunan curam dengan pasir sebagai pijakannya, hingga lumpur tebal setinggi paha. Medan yang paling menimbulkan hambatan adalah turunan curam, permukaannya yang berupa pasir menjadikannya licin dan mudah jatuh. Selain itu, beberapa orang juga mengalami kaki yang terjebak di dalam lumpur. Semua medan tersebut dilewati oleh para peserta sambil membawa korban. Setelah evakuasi dilaksanakan, korban dibawa kembali ke daerah posko untuk bersama-sama menyantap hidangan yang telah disiapkan oleh bagian dapur umum. Menjelang senja, pelatihan tanggap bencana inipun ditutup dengan apel sore dan operasi semut yang dilakukan bersama-sama oleh para anggota muda, pengurus KSR UNISBA, dan pihak PMI Kota Bandung.
Pelatihan tanggap bencana yang diadakan di lapangan PMI Dago dibuka dengan apel pagi, cuaca di pagi hari itu cukup terik namun apel pagi tetap berjalan dengan lancar. Praktik pertama yang dilakukan oleh peserta adalah membangun posko, dimana posko tersebut dijadikan tempat untuk mereka menerima materi tentang tanggap bencana dari PMI. Materi-materi yang disampaikan pada anggota muda ialah mobilisasi, posko, dapur umum, dan evakuasi.
Terik matahari meredup seiring berjalannya acara, penyampaian materi-materi pun selesai bertepatan dengan waktu dzuhur. Acara selanjutnya merupakan simulasi, dimana para peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang ditugaskan untuk mengevakuasi korban bencana. Bagian dapur umum dipegang oleh pihak PMI dan pengurus KSR UNISBA. Sementara bagian dapur umum memasak makanan di dalam posko, 5 kelompok evakuasi terjun ke tempat simulasi. Setiap kelompok dibagi menjadi 7 orang dengan satu orang sebagai korban. Para peserta membawa korban yang berbaring diatas tandu melewati berbagai jenis medan, dari yang berupa tanah yang menanjak, turunan curam dengan pasir sebagai pijakannya, hingga lumpur tebal setinggi paha. Medan yang paling menimbulkan hambatan adalah turunan curam, permukaannya yang berupa pasir menjadikannya licin dan mudah jatuh. Selain itu, beberapa orang juga mengalami kaki yang terjebak di dalam lumpur. Semua medan tersebut dilewati oleh para peserta sambil membawa korban. Setelah evakuasi dilaksanakan, korban dibawa kembali ke daerah posko untuk bersama-sama menyantap hidangan yang telah disiapkan oleh bagian dapur umum. Menjelang senja, pelatihan tanggap bencana inipun ditutup dengan apel sore dan operasi semut yang dilakukan bersama-sama oleh para anggota muda, pengurus KSR UNISBA, dan pihak PMI Kota Bandung.
